Menelisik Ragam Topeng Khas Nusantara



menelisik ragam topeng khas nusantara, topeng merupakan salah satu sarana dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Sementara dari nilai seni, topeng biasanya menjadi salah satu atribut dalam pertunjukan kesenian daerah. Sebut saja tari topeng asal Betawi yang amat populer di Indonesia.

Tidak sembarang topeng bisa digunakan dalam sebuah pagelaran seni tari topeng. Setiap topeng yang digunakan dalam sebuah seni tari topeng memiliki makna dan karakter tersendiri. Di Indoneseia seni topeng hadir di berbagai daerah. Tentunya dengan cerita dan karakter tersendiri.

Topeng Malang

Keberadaan seni topeng Malang dikenal sejak zaman Mpu Sindok pada masa kerajaan Gayana (760 Masehi). Pada waktu itu, topeng pertama yang diciptakan terbuat dari emas dan dikenal dengan istilah puspo sariro yang berarti bunga dari hati yang paling dalam. Puspo Sariro merupakan simbol pemujaan raja Gayana terhadap arwah ayahnya, Dewa Sima.

Hingga kini pusat pengrajin topeng khas Malang masih bisa ditemui di Desa Kedungmonggo yang terletak di Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang. Bagi masyarakat desa ini wayang topeng lebih dari sekadar benda seni semata. Ada sebuah penghidupan dan keyakinan spritiual yang diyakini masyarakat sekitar. Dalam pembuatan topeng saja misalnya, kerap diiringi oleh batin sang pemnbuat demi menghasilkan topeng yang memiliki yoni atau kharisma yang kuat.
Ragam hias pada topeng Malang antara lain: ragam hias Urna (pada bagian kening), ragam hias Dahi (menunjukkan sifat kebangsawanan seperti melati, kantil, dan teratai). Sementara warna topeng khas Malang melambangkan karakter tokoh dalam dunia pewayangan. Warna putih menggambarkan jujur, suci, dan berbudi luhur; warna kuning menggambarkan kemuliaan; warna hijau menggambarkan watak satria dan warna merah menggambarkan kebengisan atau tokoh jahat.

Topeng Bali

Ada dua jenis topeng Bali, yakni topeng penuh yang menutup seluruh wajah dan topeng setengah (menutup hanya sebagian dari dahi hingga rahang atas, termasuk yang hanya menutup bagian dahi dan hidung).
Pelakon seni topeng yang menggunakan topeng penuh, tidak perlu berdialog secara langsung dengan lawan tarinya, sedangkan pelakon yang memakai topeng setengah dapat berdialog langsung dengan lawan tarinya memakan dialog berbahasa Kawi dan Bali.
Sementara tentang karakter dalam topeng Bali terdiri dari Pangelembar (topeng keras dan topeng tua), Panasar (Kelihan – yang lebih tua, dan Cenikan yang lebih kecil, Ratu (Dalem dan Patih) dan Bondres (rakyat).

Topeng Betawi

Tari topeng menjadi salah ciri khas kesenian tari yang berkembang di Betawi. Dengan warna dominan merah, kuning, dan hitam, masyarakat Betawi kerap menghadirkan pertunjukan tari topeng dalam acara khitanan dan perkawinan. Tari Topeng Betawi biasanya diiringi dengan  alat musik tradisional betawi seperti rebab, gendang besar, kempul, kromong tiga, kecrek, kulanter dan gong buyung.
Cerita yang paling sering dibawa pada topeng Betari adalah cerita tentang Pa Jantuk dan keluarganya. Sedangkan dalam hal karakterisitik wajah pada topeng Betawi ragam hiasnya tidak terlalu banyak bseperti pada topeng Blaii atau topeng Malang. Dengan karakter mata sipit dan cenderung berwajah feminin, kebanyakan topeng didominasi warna putih.  Tari Topeng Betawi
Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi di Jakarta yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tarian ini merupakan perpaduan antara seni tari, music, dan nyanyian. Seperti pertunjukan teater atau opera, penari menari dengan di iringi suara music dan nyanyian. Tari Topeng Betawi lebih bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakan.
Tari Topeng Betawi awalnya di pentaskan secara berkeliling oleh para seniman. Mereka biasanya di undang sebagai  pengisi hiburan dalam acara seperti pesta pernikahan, khitanan, dan lainnya. Menurut kepercayaan masyarakat betawi, tarian ini bisa menjauhkan dari mara petaka. Namun seiring dengan perubahan jaman, kepercayaan itu mulai luntur dan menjadikan tarian ini hanya hiburan dalam acara saja. Namun walaupun kepercayaan itu mulai hilang, tarian ini tetap di adakan untuk memeriahkan pesta atau acara adat.
Dalam pertunjukannya, Tari Topeng Betawi di awali dengan lagu yang di iringi oleh music pengiring. Setelah itu para penari keluar sambil menari menggunakan topeng. Gerakan yang di lakukan para penari tergantung pada tema yang di bawakan. Tema yang di bawakan dalam tarian ini tergolong variatif di antaranya adalah kehidupan masyarakat, cerita legenda, kritik sosial, dan cerita klasik lainnya. Tari Topeng Betawi merupakan tarian yang bersifat teatrikal. Sehingga terdapat pesan yang di sampaikan melalui gerakan dalam menari. Tarian ini biasanya di iringi dengan alat music tradisional betawi seperti rebab, gendang besar, kempul, kromong tiga, kecrek, kulanter dan gong buyung.
Kostum yang di gunakan dalam Tari Topeng Betawi juga tergantung pada tema yang di bawakan, namun masih tidak lepas dari busana khas betawi. Bagi penari pria biasanya menggunakan pakaian seperti pakaian hitam, kaos oblong, celana panjang, dan kain sarung. Selain itu di bagian kepala biasanya menggunakan peci atau ikat kepala. Bagi penari wanita biasanya menggunakan kain panjang dan pakaian kebaya yang di lengkapi dengan selendang. Selain bagian kepala memakai mahkota warna warni yang biasa di sebut dengan kembang topeng. Dan tidak lupa memakai topeng yang menutupi wajah para penarinya. Topeng yang di gunakan para penari terbuat dari kayu. Topeng ini tidak memakai pengikat pada kepala, namun penari menempelkan ke wajah mereka dengan cara di gigit di bagian dalam topengnya.
Untuk menarikan Tari Topeng Betawi ini tidak lah mudah. Ada 3 hal yang wajib di miliki para penari topeng betawi ini. pertama, penari harus gendes, yaitu luwes atau lemah gemulai. Penari juga harus ceria dan tidak boleh kelihatan sedih saat menari. Terakhir, penari harus lincah dan bergerak bebas.
Dalam perkembangannya, Tari Topeng Betawi tidak hanya di gunakan sebagai acara hiburan saat pesta pernikahan atau khitanan saja. Namun tarian ini juga sering di pentaskan pada acara besar adat betawi di Jakarta. Tari Topeng Betawi telah berkembang, sehingga banyak variasi dan jenis seperti tari lipet gandes, tari topeng tunggal, tari enjot-enjotan, tari gegot, tari topeng cantik, tari topeng putri, tari topeng ekspresi, dan tari kang aji

Topeng Cirebon
Topeng Cirebon yang juga biasa disebut ‘kedok’ amat erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam di Cirebon. Riwayatnya, topeng ini kerap dipakai oleh Sunan Panggung dari Demak atau oleh Sunan Kalijaga sebagai sarana dakwah di kota ini. Namun kini, topeng Cirebon lebih sering dimanfaatkan sebagai media hiburan melalui kreativitas tari.
Dalam tari topeng Cirebon, tiap penari harus benar-benar bisa menyatu dengan setiap karakter yang dipentaskan. Sebagai contoh Topeng Panji berkarakter halus; Topeng Pamindo/Samba berkarakter ganjen (lincah, ladak); topeng Rumyang berkarakakter ganjen (lincah, ladak) namun tak selincah Topeng Pamindo; Topeng Tumenggun/Patih berkarakter gagah; dan Topeng Klanan berkarakter gagah kasar.
Dengan karakter topeng wajah tampang lebih lebar dan bagian hidung juga dagu yang runcing, tari topeng Cirebon biasanya dibagi menjadi lima pembagian/penyajian. Lima topeng pokok disebut sebagai topeng panca wanda yang artinya topeng lima watak yang  tiap pembagian tersebut menceritakan watak dan tahap kehidupan manusia.
1. Topeng Panji atau tahap kelahiran.
2. Topeng Pamindo/Samba atau tahap kanak-kanak.
3.TopengRumbyangatautahapdewasa
4. Topeng Tumenggung/patih atau tahap mencari kedudukan dalam masyarakat.
5. Topeng Klana/Rowana atau tahap manusia yang telah dikuasi hawa nafsu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar