sanggar manunggaling dharmasastra

Bapak Nana Suryana selaku ketua sanggar.
Dalam Sejarah tari topeng digunakan untuk mensiarkan agama islam pada masa sunan gunung jati. Pada zaman Dahulu ada seorang pangeran dari pasundan yang bernama pangeran Walang yang sakti mandraguna yang susah untuk ditaklukan beliau ingin menaklukan cirebon oleh sunan gunung jati, pangeran cakra buana dan sunan kalijaga dibuatlah sebuah siasat untuk menaklukannya, akhirnya nyimas gandasari di dandani topeng dan ditampilkan dihadapan pangeran walang tersebut. Kemudian pangeran walang akhirnya tertarik dan pusakanya yang bernama pedang curug sewu diambil oleh Nyimas gandasari karena pedang kesaktiannya diambil dan akhirnya pangeran walang bisa dikalahkan oleh pangeran cakrabuana sunan kalijaga,sunan gunung jati singkat cerita, jadilah pangeran walang ini tunduk ke kerajaan cirebon dan diganti dengan nama pangeran geraksan.
          Berdirinya sanggar manunggalingdharmasastra dimulai pada tahun 2011, Cuma untuk masalah legalitas tahun 2017 (baru diresmikan) Artinya sanggar tersebut mempunya badan hukum. Pada tahun 2011 sudah berjalan pelatihan dan pembinaan kesenian tari.
Sampai sekarang yang berlatih cukup banyak cuma, yang melatih hanya ada 4 orang yaitu: Bapak Nana, Mba Ova, Mba Wiwit dan Mba Amel, mereka khusus untuk melatih anak-anak.
Dan jenis tari-tari topeng dari Sanggar Manunggaling Dharmasastra ada 5 yaitu: Tari Topeng Panji, Tari Topeng Samba, Tari Topeng Rumyang, Tari Topeng Tumanggung, dan Tari Topeng Kelana.
Manunggaling Dharmasastra memiliki arti “menyatu” kita harus bisa menyatukan semua unsur dari seni tari, seni musik, seni rupa, seni triya dsb. Dan itu harus kita satukan sedangkan, Dharma artinya Bakti atau Perbuatan yang baik, Sastra artinya sesuatu yang indah. Jadi kalau digabungkan berkesenian itu harus bisa menyatukan perbuatan kita untuk sesuatu yang indah dan yang baik. Dan jenis-jenis alat musik yang digunakan dalam tari topeng adalah saron 1 dan saron 2, bonang, kenong, jenglong, kendang, kecrek, gong, kutukan, suling, dan gambang.

Sejak awal samapai sekarang sudah banyak perubahan terbukti dengan adanya anak didik kita tiap tahunnya bertambah itu menunjukan bahwa mereka sangat peduli pada kesenian yang ada di Cirebon. Disini Pemerintahannya sangat mendukung kesenian kita bahwa pelestarian terhadap seni tari tradisional sangat penting dan diperlukan sampai saat ini.
Dalam seni tari topeng banyak kendala karena sekarang zaman sudah modern, tetunya tidak mudah untuk memasukkan dan mempelajari seni tradisional ini agar bisa diminati oleh generasi muda atau anak-anak muda zaman sekarang ini, karena perkembangan dunia modern kita agak kewalahan bagaimana menempatkan pelatihan ini supaya mereka bisa membagi waktu agar latihan ini berguna untuk mereka, akan tetapi susah sekali kadang ada saja yang tidak berangkat dengan berbagai alasan. Jadi, terkadang kurang maksimal dalam pelatihan, mungkin karena keterbatasan waktu, anak-anak juga bukan hanya mengikuti seni tari, tetapi banyak juga yang harus mereka pelajari, intinya kita paling bisa meluangkan waktunya pada sore hari untuk berlatih tari.
Dalam kontes mengikuti lomba-lomba, kita tidak menekankan anak-anak untuk mengikuti lomba. Harapan saya, anak-anak berlatih dan bisa berkesenian. Keberhasilan kesenian tidak terletak pada beberapa banyak piala yang diperoleh. Tetapi, keberhasilan berkesenian adalah bagaimana kita bisa menghargai sebuah kesenian itu sendiri, itu yang paling penting.
Untuk disini rata-rata anak-anak dari SD sampai SMA.
Yang berkesan itu bagaimana kita berproses melatih ketika kita akan mengadakansuatu pergelaran seni. Ya, disitu kita untuk menyatukan semua unsur-unsur yang ada sehingga bisa menciptakan suatu seni dan juga bermanfaat untuk kesenian tradisional itu sendiri. Mempelajari seni tari itu banyak manfaatnya. Yang pertama, mengolah badan terus kita jug bisa mengetahui filosofi yang mengandung dalam seni tari. Kemungkinan tidak kita sadari misalnya, pada gerakan “Selud” itu artinya, harus membuka diri dan memperhatikan lingkungan sekitar kita, jangan sampai kita ini menang sendiri, tetapi kita juga harus peduli terhadap orang-orang disekitar kita dan Gerak tari itu banyak maknanya seperti laras konda dan jangkungilo. Kita harus selaras dengan apa yang kita punya, kita jangan selalu melihat ke atas, tetapi juga harus melihat ke bawah. Sanggar manunggaling dharmasastra Kebanyakan penarinya itu perempuan, kalau laki-laki itu peminatnya kurang. Tetapi bukan sebuah halangan bagi laki-laki untuk mengikuti atau mempelajari seni tari, dan untuk yang memainkan alat musiknya itu Rata-rata pemainya adalah orang dewasa, kalau anak-anak  itu hanya untuk pembinaan dan pembelajaran saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar